Sebab kontrol atas pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan seimbang antara pemimpin dan bawahan, pemimpin dan
bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Komunikasi dua arah makin bertambah frekuensinya, pemimpin makin mendengarkan
secara intensif terhadap bawahannya. Keikutsertaan bawahan untuk memecahkan
masalah dan mengambil keputusan makin banyak, sebab pemimpin berpendapat bahwa
bawahan telah memiliki kecakapan dan pengetahuan yang cukup luas untuk
menyelesaikan tugas.
Ciri-cirinya :
1.
Pemimpin memberikan dukungan tinggi dan sedikit/rendah pengarahan.
2.
Posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dipegang secara
berganti antara pemimpin dan bawahan.
3.
Komunikasi dua arah ditingkatkan.
4.
Pemimpin mendengarkan bawahan secara aktif.
5.
Tanggung jawab pemecahan masalah dan pengambilan keputusan sebagian besar pada
bawahan.
a.
Teori X dan Teori Y dari Douglas McGregor
Teori prilaku adalah teori yang
menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan
pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas
McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin
organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai /
karyawan yaitu teori x atau teori y.
- Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada
dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang
menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja
memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan
balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus
terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang
diinginkan perusahaan.
Teori X memberikan petuah manajer
harus memberikan pengawasan yang ketat, tugas-tugas yang jelas, dan menetapkan
imbalan atau hukuman. Hal tersebut, karena manusia lebih suka diawasi daripada
bebas, segan bertanggung jawab, malas dan ingin aman saja, motivasi utamanya
memperoleh uang dan takut sanksi.
Contoh individu dengan teori X :
pekerja bangunan.
– Keuntungan Teori X :
Karyawan bekerja untuk memaksimalkan
kebutuhan pribadi.
– Kelemahan Teori X :
a. Karyawan malas,
b. Berperasaan irrasional,
c. Tidak mampu mengendalikan diri
dan disiplin.
- Teori Y
Teori Y memiliki anggapan bahwa
kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya.
Individu yang berperilaku teori Y mempunyai sifat : suka bekerja, commit pada
pekerjaan, suka mengambil tanggung jawab, suka memimpin, biasanya orang pintar.
Contoh orang dengan teori Y :
manajer yang berorientasi pada kinerja.
– Keuntungan teori Y :
a. Pekerja menunjukkan kemampuan
pengaturan diri,
b. Tanggung jawab,
c. Inisiatif tinggi,
d. Pekerja akan lebih memotivasi
diri dari kebutuhan pekerjaan.
– Kelemahan Teori Y :
Apresiasi diri akan terhambat
berkembang karena karyawan tidak selalu menuntut kepada perusahaan
B. Teori Sistem 4 dari Rensis
Linkert
– Asumsi dasar
Bila seseorang memperhatikan dan
memelihara pekerjanya dengan baik maka operasional organisasi akan membaik.
Fungsi-fungsi manajemen berlangsung dalam empat system:
1.
Sistem pertama (exploitive authoritative)
system yang penuh tekanan dan
otoriter dimana segala sesuatu diperintahkan dengan tangan besi dan tidak
memerlukan umpan balik.
Pemimpin sangat otokratis, mempunyai
sedikit kepercayaan kepada bawahan, suka mengekplotasi bawahan, bersikap
paternalistik memotivasi dengan memberi ketakutan dan hukuman-hukuman, diselang
seling pemberian penghargaan yang secara kebetulan (occasional reward),
hanya mau memperhatikan pada komunikasi yang turun ke bawah, dan hanya
membatasi proses pengambilan keputusan di tingkat atas.
2.
Sistem kedua (benevolent authoritative/otokrasi yang baik hati)
system yang lebih lunak dan otoriter
dimana manajer lebih sensitive terhadap kebutuhan karyawan.
Mempunyai kepercayaan yang
berselubung, percaya pada bawahan, mau memotivasi dengan hadiah-hadiah dan
ketakutan berikut hukuman-hukuman, memperbolehkan adanya komunikasi ke atas,
mendengarkan pendapat-pendapat, ide-ide dari bawahan, dan memperbolehkan adanya
delegasi wewenang dalam proses keputusan, bawahan merasa tidak bebas untuk
membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugas pekerjaannya dengan atasan.
3. Sistem ketiga (manajer konsultatif)
system konsultatif dimana pimpinan
mencari masukan dari karyawan.
Mempunyai sedikit kepercayaan pada
bawahan, biasanya dalam perkara kalau ia memerlukan informasi, ide atau
pendapat bawahan; masih menginginkan melakukan pengendalian atas
keputusan-keputusan yang dibuatnya; mau melakukan motivasi dengan penghargaan
dan hukuman yang kebetulan; dan juga berkehendak melakukan partisipasi;
menetapkan dua pola hubungan komunikasi, iaitu ke atas dan ke bawah; membuat
keputusan dan kebijakan yang luas pada tingkat bawah; bawahan merasa sedikit
bebas untuk membicarakan sesuatu yang bertalian dengan tugas pekerjaan bersama
atasan.
4.
Sistem keempat (partisipative group/kelompok partisipatif)
system partisipan dimana pekerja
berpartisipasi aktif dalam membuat keputusan.
Mempunyai kepercayaan yang sempurna
terhadap bawahan; dalam setiap persoalan selalu mengandalkan untuk mendapatkan
ide-ide dan pendapat-pendapat lainnya dari bawahan, dan mempunyai niatan untuk
mempergunakan pendapat bawahan secara konstruktif; memberikan penghargaan yang
bersifat ekonomis dengan berdasarkan partisipasi kelompok dan keterlibatannya
pada setiap urusan terutama dalam penentuan tujuan bersama dan penilaian
kemajuan pencapaian tujuan tersebut; mendorong bawahan untuk ikut bertanggung
jawab membuat keputusan, dan juga melaksanakan keputusan tersebut dengan
tanggung jawab yang besar; bawahan merasa secara mutlak mendapat kebebasan
C. Model Leadership Continuum
Teori ini merupakan hasil pemikiran
dari Robert Tannenbaum dan Warren H.Schmidt. Tannenbaun dan Schmidt dalam
Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pimpinan mempengaruhi pengikutnya
melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang
disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi
ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.
Perilaku otokratis, pada umumnya
dinilai bersifat negative, dimana sumber kuasa atau wewenang berasal dari
adanya pengaruh pimpinan.
Perilaku demokratis, perilaku
kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari
bawahan.
Menurut teori Continuum ada tujuh
tingkatan hubungan pemimpin dengan bawahan:
1. Pemimpin membuat dan mengumumkan
keputusan terhadap bawahan (telling).
2. Pemimpin menjualkan dan
menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).
3. Pemimpin menyampaikan ide dan
mengundang pertanyaan.
4. Pemimpin memberiakn keputusan
tentative dan keputusan masih dapat diubah.
5. Pemimpin memberikan problem
dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan (consulting).
6. Pemimpin menentukan
batasan-batasan dan minta kelompok untuk membuat keputusan.
7. Pemimpin mengizinkan bawahan
berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan (joining).
KESIMPULAN :
Teori X menyatakan bahwa sebagian besar orang-orang ini lebih suka diperintah, dan tidak tertarik akan rasa tanggung jawab serta menginginkan keamanan atas segalanya. Dengan memahami asumÃs dasar teori Y ini, McGregor menyatakan selanjutnya bahwa merupakan tugas yang penting bagi menajemen untuk melepaskan tali pengendali dengan memberikan desempatan mengembangkan potensi yang ada pada masing-masing individu. Motivasi yang sesuai bagi orang-orang untuk mencapai tujuannya sendiri sebaik mungkin, dengan memberikan pengarahan usaha-usaha mereka untuk mencapai tujuan organisasi.
Sumber :
Bolman, Lee G dan Terence E, Deal, 1997, Reframing Organization: Artistry, Choice and Leadership, San Fransisco: Jossey-Bass. Gibson, Ivancevich, Donnelly, 1990, Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses, Jilid, 1, University of Kentucky dan University of Houston (Editor: Djarkasih) Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar