a) Kekuasaan Penghargaan (Reward Power)
Kekuasaan penghargaan merupakan kekuasaan yang berasal dari kemampuan
seorang pemimpin untuk memberikan penghargaan, yang merupakan sesuatu
yang berarti dan dibutuhkan, kepada mereka yang membutuhkan.Dengan kata
lain, kekuasaan penghargaan berkaitan dengan kemampuan seorang pemimpin
untuk memepengaruhi bawahan dengan memberikan ganjaran atas perilaku
mereka yang positif atau perilaku yang sesuai dengan yang dikehendaki
pemimpin.
Letak kekuatan dari kekuasaan ini bergantung pada daya pikat dan
tingkat kepastian akan kontrol seorang pemimpin atas ganjaran tersebut.
Yulk (2010:178) mengemukakan salah satu bentuk kekuasaan memberikan
penghargaan terhadap bawahan adalah wewenang memberikan kenaikan gaji,
bonus atau insentif ekonomi yang pantas bagi bawahan.
b) Kekuasaan Paksaan (Coercive Power)
Luthans (1989:431) mengemukakan ‘source of coercive power depends on fear’. Kekuasaan
paksaan merupakan kekuasaan yang berasal dari ketakutan pihak lain akan
hukuman yang diberikan pimpinan kepada mereka yang tidak patuh terhadap
apa yang dikehendakinya. Dengan kata lain, kekuasaan paksaan merupakan
kemampuan pemimpin untuk memepengaruhi perilaku bawahan dengan
memberikan sanksi atas tindakan mereka yang tidak sesuai dengan kehendak
pemimpin. Kekuatan kekuasaan ini terletak pada beratnya hukuman dan
kemungkinan untuk menghindari hukuman itu.
c) Kekuasaan Legitimasi (Legitimate Power)
Kekuasaan legitimasi adalah kekuasaan yang lahir dari kedudukan
formal seseorang dalam organisasi. Dengan jabatan formal tersebutlah
seorang pemimpin dapat mempengaruhi bawahannya dan bawahan akan patuh
kepadanya. Bawahan mengetahui bahwa pimpinan memiliki hak untuk
memberikan perintah dan mereka memiliki kewajiban untuk mentaatinya.
Kekuasaan legitimasi ini merupakan sumber otoritas (Hoy, 2007: 203).
d) Kekuasaan Referen (Reverent Power)
French dan Raven (dalam Yulk, 2010:181) menjelaskan kekuasaan
berdasarkan referensi diperoleh dari keinginan orang lain untuk
menyenangkan seorang agen yang kepadanya mereka memiliki perasaan kasih,
penghormatan, dan kesetiaan yang kuat. Kekuasaan referen/referensi
merupakan kekuasaan yang lahir karena seseorang memiliki daya tarik atau
kharisma tertentu.Dengan kata lain, kekuasaan referen merupakan
kemampuan pimpinan untuk mempengaruhi perilaku bawahan berdasarkan
kegemaran dan identifikasi diri bawahan dengan pimpinannya. Orang yang
memiliki kekuasaan referen akan dikagumi, dihormati dan dijadikan model
untuk diteladani. Sumber kekuasaan referen adalah kepribadian dan
kecerdasan interpersonal yang luar biasa yang dimiliki seorang individu.
e) Kekuasaan Ahli (Expert Power)
Kekuasaan ahli merupakan kekuasaan yang muncul karena seseorang
memiliki keahlian atau kemampuan khusus (Hoy dan Miskel, 2005:210).
Setiap pengikutnya akan patuh pada apa yang dikatakannya karena merasa
bahwa ia memiliki pengetahun dan keterampilan yang lebih dari yang
mereka miliki dan bahwa apa yang dimiliki tersebut akan bermakna dan
membantu mereka. Yulk (2010:183) mengidentifikasi bukti dari keahlian
seseorang dapat terlihat dari ijasah, lisensi, dan piagam penghargaan.
Akan tetapi, cara yang paling menyakinkan dalam memperlihatkan keahlian
dengan menyelesaikan masalah penting, membuat keputusan yang tepat,
memberikan petunjuk yang bagus, dan berhasil menyelesaikan tantangan
dari proyek yang sangat sulit.
Simpulan :
Seorang yang memiliki kekuasaan cenderung untuk menerapkan
kekuasaannya dengan semena-mena, sehingga kekuasaan ini juga akan memicu
adanya konflik antar pribadi. Dengan adanya ‘penyelewengan’ kekuasaan
ini yang akan berakibat pada hilang/diperolehnya kekuasaan. Seseorang
yang memiliki kekuasaan cenderung memiliki kemampuan intelektual yang
diatas rata-rata. Akan tetapi kekuasaan ini perlu dikendalikan dalam
penggunaannya, sehingga seseorang perlu untuk memiliki kecerdasan
emosional dan spiritual. Dengan adanya tiga kecerdasan yang mengiringi
seorang pemimpin/orang yang memiliki kuasa, maka insyaallah kekuasaan ini akan terjaga dengan baik.
Budiarjo, M. 1984. Konsep Kekuasaan: Tinjauan Kepustakaan. Jakarta: Sinar Harapan.
Gordon, J. R. 1991. A Diagnostic Approach to Organizational Behavior. Boaston: Allyn and Bacon.
Makasih kak, materinya bermanfaat!
BalasHapusMaksih info nya sngat brmanfaat
BalasHapus